Menginginkan dan menyukai: Komponen yang terpisah dalam perilaku makan yang bermasalah? (2016)

Nafsu makan. 2016 November 10. pii: S0195-6663 (16) 30739-5. doi: 10.1016 / j.appet.2016.11.015.

Polk SE1, Schulte EM1, Furman CR1, Gearhardt AN2.

Abstrak

Beberapa orang mungkin memiliki respons seperti kecanduan terhadap makanan tertentu, yang mungkin berkontribusi pada masalah makan. Makanan dengan proses tinggi, dengan tambahan lemak dan / atau karbohidrat olahan, disarankan untuk dikaitkan dengan pola makan yang membuat ketagihan. Teori kepekaan insentif menunjukkan bahwa keinginan (misalnya keinginan) dapat mendorong penggunaan narkoba secara kompulsif daripada rasa suka (misalnya kesenangan), tetapi tidak diketahui apakah makanan yang diproses secara tinggi menimbulkan pola keinginan dan kesukaan yang sama seperti obat-obatan yang disalahgunakan, atau apakah ada perbedaan individu. Studi saat ini meneliti hubungan makanan olahan dengan keinginan dan rasa suka, dan apakah hubungan ini berbeda berdasarkan gejala kecanduan makanan, pengendalian kognitif, atau indeks massa tubuh (BMI). Peserta (n = 216) melaporkan mengidam dan menyukai 35 makanan dan menyelesaikan Yale Food Addiction Scale (YFAS) dan Three Factor Eating Questionnaire (TFEQ). Makanan yang diproses secara keseluruhan lebih diminati. Keinginan makanan olahan diprediksi secara negatif dengan pengekangan dan secara positif oleh skor YFAS. Menyukai makanan olahan diprediksi secara negatif oleh pengekangan dan secara positif oleh BMI. Kesimpulannya, keinginan dan rasa suka tampak berbeda sehubungan dengan makanan yang diproses secara tinggi, dan dapat dipengaruhi oleh pola makan yang membuat ketagihan, pengendalian kognitif, dan BMI. Hal ini menunjukkan bahwa kerangka kerja sensitisasi insentif mungkin juga relevan untuk konsumsi makanan yang bermasalah, terutama bagi individu yang melaporkan gejala kecanduan makanan.

KATA KUNCI: Idaman; Kecanduan makanan; Menyukai; Kegemukan; Pengendalian

PMID: 27840087

DOI: 10.1016 / j.appet.2016.11.015