Apakah Perilaku Seksual Kompulsif Benar-Benar Ada? Korelasi Psikologis, Relasional, dan Biologis Masturbasi Kompulsif dalam Pengaturan Klinis (2015)

komentar: Dalam penelitian ini, pelaku masturbasi kompulsif berusia lebih muda dari pasien DE lainnya dan memiliki disfungsi ereksi yang lebih parah. Tak perlu dikatakan bahwa masturbasi kompulsif pada pria muda saat ini akan dikaitkan dengan penggunaan pornografi internet. Masturbasi kompulsif dikaitkan dengan kecemasan dan depresi yang lebih tinggi, tetapi dengan kecemasan fobia yang lebih sedikit dan gejala kompulsif obsesif.

Kesimpulan Studi:

"Masturbasi kompulsif merupakan penyebab kecacatan yang relevan secara klinis, mengingat tingkat tekanan psikologis yang tinggi yang dilaporkan oleh subjek dengan kondisi ini, dan dampak parah pada kualitas hidup dalam kaitannya dengan hubungan interpersonal."


Tautan ke STUDI

Castellini, G.1; Corona, G.2; Fanni, E.3; Maseroli, E.4; Ricca, V.5; Maggi, M.4

1Ratulangi Florence, Departemen Eksperimental, Cl, Italia; 2Unit Endokrinologi, Bologna, Italia; 3Rumah Sakit Careggi, Kedokteran Seksual dan Andrologi, Florence, Italia; 4Kedokteran Seksual dan Andrologi, Florence, Italia; 5Unit Psikiatri, Florence, Italia

Tujuan: Penelitian ini berusaha untuk menilai prevalensi masturbasi kompulsif (CM) dalam pengaturan klinis obat seksual, dan untuk mengevaluasi dampak CM dalam hal kesejahteraan psikologis dan relasional.

metode: Serangkaian laki-laki 4,211 berturut-turut yang menghadiri Klinik Rawat Jalan Andrologi dan Obat Seksual untuk disfungsi seksual dipelajari melalui Wawancara Terstruktur tentang Disfungsi Ereksi (SIEDY), ANDROTEST, dan Kuisioner Rumah Sakit Middlesex yang dimodifikasi. Kehadiran dan keparahan CM didefinisikan sesuai dengan item SIEDY yang terkait dengan masturbasi, mempertimbangkan produk matematika dari frekuensi episode masturbasi dengan rasa bersalah setelah masturbasi, yang diukur dalam skala Likert (0-3).

hasil: Dalam seluruh sampel 352 (8.4%) subjek melaporkan rasa bersalah selama masturbasi. Subjek CM lebih muda daripada sampel lainnya, dan menunjukkan lebih banyak komorbiditas psikiatrik lebih sering hadir pada subjek yang melaporkan skor CM.

Skor CM secara positif dikaitkan dengan mengambang bebas yang lebih tinggi (p <0.001) dan sedikit kecemasan (p <0.05) serta dengan gejala depresi (p <0.001), sementara subjek dengan skor CM lebih tinggi melaporkan lebih sedikit kecemasan fobia (p <0.05), dan gejala kompulsif obsesif (p <0.01). Skor CM yang lebih tinggi dikaitkan dengan asupan alkohol yang lebih tinggi (p <0.001).

Subjek CM melaporkan frekuensi klimaks pasangan yang lebih rendah (p <0.0001), dan lebih banyak masalah untuk mendapatkan ereksi saat berhubungan seksual (p <0.0001). Keparahan CM secara positif dikaitkan dengan domain relasional yang lebih buruk (Skala SIEDY 2), dan intrapsikis (Skala SIEDY 3) (semua p <0.001), tetapi tidak ada hubungan yang ditemukan dengan domain organik (Skala SIEDY 1).

Kesimpulan: Dokter harus mempertimbangkan bahwa beberapa subjek mencari perawatan dalam pengaturan obat seksual, melaporkan perilaku seksual kompulsif. Masturbasi kompulsif merupakan penyebab kecacatan yang relevan secara klinis, mengingat tingginya tingkat tekanan psikologis yang dilaporkan oleh subjek dengan kondisi ini, dan dampak parah pada kualitas hidup dalam hal hubungan antarpribadi.

Kebijakan pengungkapan penuh: None