Pengaturan otak dari keinginan makanan: Hubungan dengan status berat badan dan perilaku makan (2016)

Int J Obes (Lond). 2016 Feb 17. doi: 10.1038 / ijo.2016.28.

Dietrich A1, Hollmann M1, Mathar D1,2, Penduduk desa A1,2,3,4,5, Horstmann A1,2,6.

Abstrak

TUJUAN:

Keinginan makanan adalah kekuatan pendorong untuk makan berlebihan dan obesitas. Namun, hubungan antara mekanisme otak yang terlibat dalam regulasi dan status berat badannya masih menjadi masalah terbuka. Kesenjangan dalam distribusi indeks massa tubuh (BMI) yang dipelajari dan fokus pada analisis linier mungkin telah berkontribusi pada kurangnya pengetahuan ini. Di sini, kami menyelidiki mekanisme otak tentang pengaturan keinginan menggunakan pencitraan resonansi magnetik fungsional (fMRI) dalam sampel seimbang termasuk berat badan normal, kelebihan berat badan, dan peserta obesitas. Kami menyelidiki hubungan antara karakteristik obesitas, perilaku makan, dan fungsi pengaturan otak yang berfokus pada hubungan non-linear.

SUBYEK / METODE:

43 sukarelawan perempuan yang lapar (BMI: 19.4-38.8 kg / m2, rata-rata 27.5 +/- 5.3 sd) disajikan dengan rangsangan makanan visual yang masing-masing dinilai sesuai selera dan kesehatan. Peserta diperintahkan untuk mengakui keinginan atau mengaturnya. Kami menganalisis hubungan antara aktivitas otak pengatur serta konektivitas fungsional dan BMI atau perilaku makan (Kuisioner Pemakan Tiga Faktor, skala: Pembatasan Kognitif, Disinhibisi).

HASIL:

Selama regulasi, BMI berkorelasi dengan aktivitas otak pada putamen kiri, amigdala, dan insula dengan cara U-terbalik. Konektivitas fungsional antara putamen dan dorsolateral prefrontal cortex (dlPFC) berkorelasi positif dengan BMI, sedangkan amigdala dengan pallidum dan lingual gyrus secara non-linear (berbentuk U) terkait dengan BMI. Disinhibition berkorelasi negatif dengan kekuatan konektivitas fungsional antara amigdala dan dorsomedial prefrontal (dmPFC) serta kaudat.

KESIMPULAN:

Studi ini adalah yang pertama mengungkapkan hubungan kuadrat dari proses otak yang berhubungan dengan makanan dan BMI. Asosiasi non-linear yang dilaporkan menunjukkan hubungan terbalik antara proses motivasi terkait regulasi dalam kisaran berat badan normal / kelebihan berat badan dibandingkan dengan kisaran obesitas. Analisis konektivitas menunjukkan bahwa kebutuhan untuk penyesuaian top-down (dlPFC) dari representasi nilai striatal meningkat dengan BMI, sedangkan interaksi yang saling mempengaruhi antara pemantauan mandiri (dmPFC) atau perencanaan aksi strategis terkait-makan (caudate) dan pemrosesan salience (amygdala) mungkin terjadi. terhambat dengan Disinhibition tinggi. International Journal of Obesity menerima pratinjau artikel online, 17 Februari 2016. doi: 10.1038 / ijo.2016.28.

PMID: 26883294