Penentu Efek Paparan Pornografi pada Remaja SMP dan SMA di Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat (2019)

Jurnal Penelitian & Pengembangan Kesehatan Masyarakat India
Tahun: 2019, Volume: 10, Masalah: 3
Halaman pertama : (941) Halaman terakhir : (945)
Cetak ISSN: 0976-0245. ISSN Online: 0976-5506.
Artikel DOI: 10.5958 / 0976-5506.2019.00623.5

Suwarni Linda1,*, Abrori1, Widyanto Ronny1

1Universitas Muhammadiyah Pontianak, A. Yani Street, Kalimantan Barat, 78124

* Penulis Korespondensi: Linda Suwarni, Departemen Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Pontianak, Jl. A. Yani No. 111, Pontianak, Kalimantan Barat, Indonesia, Email: [email dilindungi]

Abstrak

Kemajuan teknologi memudahkan untuk mengakses pornografi. Efek pajanan pornografi adalah masalah yang sangat serius di kalangan remaja. Ini bisa berdampak negatif bagi kesehatan reproduksi dan perkembangan kesehatan mental. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan desain cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui faktor penentu dampak paparan pornografi yang dilakukan pada 171 junior pada remaja SMP dan SMA di Kabupaten Sanggau. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki akses pornografi melalui foto (gambar) 62.0%, termasuk melalui internet (78.4%).

Efek pajanan pornografi responden diperoleh pada tingkat cahaya (kecanduan, eskalasi, dan tahap desensitisasi) adalah 29.2%, dan tingkat berat badan (tahap tindakan) adalah 70.8%. Penentu signifikan dampak paparan pornografi adalah waktu akses (nilai p = 0.039, PR = 5.765), jenis kelamin (nilai p = 0.0001; PR = 3.600), Akses durasi (nilai p = 0.037, PR = 3.730), dan jenis media (nilai p = 0.001; PR = 2.268). Sementara status pacaran, status kependudukan, status perkawinan orang tua bukan merupakan faktor penentu yang signifikan, tetapi menunjukkan tren positif terhadap efek paparan pornografi.

Disarankan untuk memberikan informasi tentang bahaya pornografi pada remaja awal sebagai pencegahan utama terhadap mengakses pornografi. Selain itu, kolaborasi keluarga dan sekolah diperlukan untuk memberikan bantuan pada remaja awal untuk menjadi bijak dalam menggunakan media, dan bagi remaja yang berada dalam tahap bertindak perlu terapi intensif untuk berperilaku sehat.