Prevalensi dan Faktor Penentu Penggunaan Internet Patologis di kalangan Mahasiswa Sarjana di Universitas Umum di Malaysia (2019)

Tong, W.-T., Islam, MA, Low, WY, Choo, WY, & Abdullah, A. (2019).

Jurnal Ilmu Perilaku, 14(1), 63-83.

https://www.tci-thaijo.org/index.php/IJBS/article/view/141412

Abstrak

Penggunaan Internet Patologis (PIU) mempengaruhi kesehatan fisik dan mental seseorang, dan mahasiswa berisiko karena mereka lebih mungkin mengembangkan PIU. Studi ini menentukan prevalensi PIU dan faktor-faktor yang terkait di antara mahasiswa di universitas negeri di Malaysia. Studi cross-sectional ini dilakukan di antara mahasiswa sarjana 1023 di 2015. Kuesioner terdiri dari item-item dari Young's Diagnostic Questionnaire untuk menilai PIU dan item-item yang berkaitan dengan sosio-demografi, psikososial, gaya hidup dan komorbiditas. Metode pengumpulan data berbasis anonim diadopsi. Usia rata-rata responden adalah 20.73 ± 1.49 tahun. Prevalensi pengguna Internet patologis adalah 28.9% sebagian besar orang Cina (31%), 22 tahun ke atas (31.0%), pada Tahun 1 (31.5%), dan mereka yang menganggap diri mereka berasal dari keluarga dari status sosial ekonomi yang lebih tinggi ( 32.5%). TFaktor yang ditemukan signifikan secara statistik (p <0.05) dengan PIU adalah penggunaan Internet selama tiga jam atau lebih untuk tujuan rekreasi (OR: 3.89; 95% CI: 1.33 - 11.36), penggunaan Internet minggu lalu untuk tujuan pornografi (OR: 2.52; 95% CI: 1.07 - 5.93), memiliki masalah perjudian (OR: 3.65; 95% CI: 1.64 - 8.12), keterlibatan dalam penggunaan narkoba dalam 12 bulan terakhir (OR: 6.81; 95% CI: 1.42 - 32.77) dan memiliki depresi sedang / berat (ATAU: 4.32; 95% CI: 1.83 - 10.22). Otoritas universitas perlu mewaspadai prevalensi sehingga intervensi dapat dikembangkan untuk mencegah hasil yang merugikan. Intervensi harus fokus pada penapisan siswa untuk PIU, menciptakan kesadaran tentang efek negatif PIU dan mempromosikan gaya hidup sehat dan aktif dan membatasi akses siswa ke situs web berbahaya.

Kata kunci kecanduan internet, prevalensi, faktor risiko, siswa tersier, Malaysia