“Apakah Pornografi Internet Menyebabkan Disfungsi Seksual? Tinjauan dengan Laporan Klinis ”- Analisis kutipan Prause et al., 2015

Tautan ke studi lengkap - Apakah Pornografi Internet Menyebabkan Disfungsi Seksual? Ulasan dengan Laporan Klinis (2016)

Catatan - Banyak makalah peer-review lain setuju bahwa Prause et al., 2015 mendukung model kecanduan pornografi: Kritik rekan sejawat terhadap Prause et al., 2015

Menganalisis kutipan Prause et al., 2015


A Penelitian 2015 EEG oleh Prause et al. membandingkan pemirsa yang sering melihat pornografi Internet (rata-rata 3.8 jam / minggu) yang merasa tertekan dengan penglihatan mereka terhadap kontrol (rata-rata 0.6 jam / minggu) ketika mereka melihat gambar seksual (paparan 1.0) [130]. Dalam sebuah temuan yang sejajar dengan Kühn dan Gallinat, pemirsa pornografi Internet yang sering menunjukkan kurang aktivasi saraf (LPP) untuk gambar seksual daripada kontrol [130] Hasil dari kedua studi menunjukkan bahwa pemirsa pornografi Internet yang sering membutuhkan stimulasi visual yang lebih besar untuk membangkitkan respons otak bila dibandingkan dengan kontrol yang sehat atau pengguna pornografi Internet moderat [167,168]. Selain itu, Kühn dan Gallinat melaporkan bahwa penggunaan pornografi Internet yang lebih tinggi berkorelasi dengan konektivitas fungsional yang lebih rendah antara striatum dan korteks prefrontal. Disfungsi dalam sirkuit ini telah dikaitkan dengan pilihan perilaku yang tidak pantas terlepas dari potensi hasil negatif [169] Sejalan dengan Kühn dan Gallinat, studi neuropsikologis melaporkan bahwa subjek dengan kecenderungan yang lebih tinggi terhadap kecanduan cybersex telah mengurangi fungsi kontrol eksekutif ketika berhadapan dengan materi pornografi [53,114].